Pantai Marina Ampana

Pantai Marina ini terletak di ujung kota Ampana Kabupaten Tojo Unauna.

My Second son.... ANDRA

Andra.. kaget saat tahu kalau dirinya dijepret.. cepat besar my son..

Desa Kabalutan di Kepulauan Togean 2008

Desa yang berpenghuni sekitar 2000 orang, yang rata-rata dari suku Bajo..

Brimob di Tanah Runtuh Poso.

Insiden kontak senjata antara polisi dan kelompok sipil bersenjata di kawasan Gebangrejo,Poso Kota 22 Januari 2007 yang menewaskan empat belas orang masih meninggalkan kisah dan trauma yang mendalam.

Pantai Talise

Matahari senja di Pantai Talise Palu.

Brimob di Tanah Runtuh Poso.

Insiden kontak senjata antara polisi dan kelompok sipil bersenjata di kawasan Gebangrejo,Poso Kota 22 Januari 2007 yang menewaskan empat belas orang masih meninggalkan kisah dan trauma yang mendalam.

Sunset Wakai

Sunset di pelabuhan Desa Wakai Kepulauan Togean.

Rabu, 29 Oktober 2008

Moh. Isnaeni Muhidin, Ingin Agar Masyarakat dan Remaja Lebih Cinta Buku


Mungkin memang ada benarnya kalimat bijak yang mengatakan, “ Buku adalah jendela dunia, dengan buku kita bisa menjelajahi seluruh isi dunia”. Dan kalimat inilah yang terpatri dalam benak Moh. Isnaeni Muhidin, atau yang akrab disapa Neni Muhidin.

Meskipun baru setahun meresmikan perpustakaan mini Nemu Book miliknya, yaitu 17 Agustus 2007 silam, tapi ayah dua orang anak ini sudah mempunyai sekitar 2.000 buah koleksi buku dari berbagai judul. Mulai dari buku bacaan untuk anak-anak, buku fiksi dan non fiksi, bahkan majalah yang terbitan tahun 90an juga ada di perpustakaan mininya tersebut.
Neni yang pernah kuliah di Universitas Pasuruan Bandung ini, mengaku mulai mengoleksi buku sejak duduk di bangku kuliahan.
Ia tertarik mengoleksi buku karena pada jaman ia kuliah, ia selalu mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh kelompok komunitas literasi (klub baca), yaitu suatu komunitas yang ingin menunjukkan bahwa membaca itu kegiatan yang mengasyikkan dan dapat memberikan banyak manfaat.
Dari mengikuti kegiatan seperti itulah, Neni mengaku sudah mulai mengumpulkan buku. Dengan menyisihkan sedikit uangnya untuk membeli buku yang diinginkannya.
“Saya mulai mengoleksi buku sejak di bangku kuliahan, awalnya sih hanya beli satu demi satu dari menyisihkan uang yang ada,” akunya.
Meskipun Neni mengaku terlambat dalam mengetahui bahwa membaca itu asyik, tapi Neni tetaplah berusaha agar ia tidak ketinggalan informasi dan pengetahuan.
“Saya memang lambat mengetahui kalau membaca itu asyik, tapi kini saya akan berusaha mengampanyekan agar semua orang tahu manfaat buku, dan mereka juga bisa lebih mencintai buku,” katanya.
Selain dari mengumpulkan sendiri koleksi bukunya, Neni juga mendapat donatur yang mempunyai visi dan pemikiran yang sama, yang selalu membantunya memperbanyak koleksinya.
Adapun donatur yang sering menyumbangkan buku kata Neni adalah antara lain dari kalangan ibu rumah tangga, pegawai negeri sipil, wartawan, dosen, anggota LSM dan artis Yessi Gusman serta Rieke Diah Pitaloka yang mereka berdua sekaligus pemilik taman baca anak.
Dari donatur-donatur tersebut sehingga lebih bisa melengkapi jumlah koleksi buku miliknya.
Tapi meski telah mengoleksi ribuan judul buku, Neni mengaku masih resah dan mempunyai kegelisahan sendiri, karena sampai sekarang peminat buku yang ada di Kota Palu masih sangat sedikit. Kebanyakan dari remaja Kota Palu lebih suka nongkrong dan main PS (Play Station) ketimbang membaca.
“Sebenarnya sampai sekarang saya masih punya keresahan, saya selalu berfikir bagaimana caranya agar remaja di Kota Palu bisa mencintai buku, mungkin saya harus lebih bisa mengetahui kesenangan mereka, agar saya bisa melakukan pendekatan dan membuat mereka menyukai membaca,” aku Neni.
Neni menambahkan, metode pendekatan yang dilakukan sekarang ini belumlah efektif. Ia mengaku akan melakukan metode pendekatan lain agar masyarakat bisa cinta buku, yakni dengan melakukan sosialisasi dan menggelar suatu kegiatan karya tulis, selain itu ia juga akan melakukan metode “jemput bola”. Yaitu metode pendekatan kepada masyarakat, dengan mengantarkan langsung buku itu dan melakukan sharing. Agar mereka lebih merasa nyaman.
Untuk ke depannya, Neni mengaku akan terus mengampanyekan kegiatan cinta buku dan membaca.
Dan berharap agar perpustakaan dan Taman Baca Masyarakat (TBM) yang ada di Kota Palu lebih bisa difungsikan.
“Karena yang saya lihat kini tempat-tempat itu sudah mulai ditinggalkan, padahal itu kan ada dana dari pemerintah. Jadi pengelola harus membuat suatu kegiatan yang menarik, agar menarik kembali minat para pembaca,” harapnya.
Ia juga meminta agar media cetak mempunyai ruang tersendiri untuk para penulis, agar memberikan semangat kepada para penulis untuk mengirimkan suatu karya tulis mereka.
“Saya berharap di media cetak, ada ruang khusus untuk para penulis agar bisa menampilkan karya tulis mereka, karena itu juga bisa menjadi suatu barometer untuk para remaja lain untuk bisa berkarya,” ungkap Neni.***

Senin, 27 Oktober 2008

PLTD Rusak, PLTU Bangkrut, Palu Gelap,Cape dehh


PALU- PLN Cabang Palu kembali melakukan pemadaman bergilir di beberapa bagian Kota Palu. Pemadaman itu disebabkan PLTU Mpanau hanya mampu menyuplai daya kurang lebih 5-6 mega watt(MW).

Kepala PLN Cabang Palu melalui Asisten Menager Pembangkitan, Suryadi Senin (20/10) sore mengatakan, seharusnya PLTU menyuplai daya ke PLN sebesar 26-27 MW. Namun karena persediaan batu bara semakin menipis, akhir pihak PLTU kata Suryadi, melalui Menager Produksi Jati Nugroho mengatakan, bahwa PLN harus melakukan pemadaman lagi. Hal itu terjadi karena batu bara yang dijadwalkan tiba di Pelabuhan PLTU belum bisa dipastikan datang. Akibat keterlambatan kedatangan batu bara, maka pihak PLN akan melakukan pemadaman sekitar 18 sampai 20 megawatt.
"Kami melakukan pemadaman karena batu bara belum sampai dan diperkirakan tiba pada 26-27 Oktober mendatang,"katanya.
PLN sendiri tidak bisa menyuplai daya melalui mesin diesel yang ada di Silae. Kondisi PLTD Silae sendiri kata Suryadi, saat ini juga mengalami kerusakan, sehingga menyalurkan daya tidak secara penuh ke para konsumen.
”Seharusnya kami menyuplai daya sebesar 20-21 megawatt, tapi karena ada kerusakan maka daya yang suplai dari PLN ke konsumen hanya 19 MW,”terangnya.
Ditempat terpisah Manager Produksi PLTU Mpanau, Jati Nugroho yang dikonfirmasi, membenarkan adanya krisis batu bara di PLTU.
Menurut Jati, kondisi batu bara semakin menipis, sehingga penyuplaian PLTU ke PLN hanya sebesar 5-6 MW. Batu bara diperkirakan baru akan tiba di Pelabuhan PLTU pada tanggal 27 Oktober mendatang.
Krisis listrik di Kota Palu juga ditambah dengan krisis keuangan yang terjadi di PLTU. Untuk membeli batu bara sendiri, pihak PLTU harus berhutang pada pihak PLN untuk menanggulangi pembelian batu bara dari Kalimantan.
“Katanya PLN yang menanggulangi batu bara untuk sementara, karena PLTU sedang krisis keuangan. Tapi sampai saat ini tidak ada batu bara dating. Saya juga kurang tahu persis,’’jelasnya bingung.

Cerita Usai Banjir Layana

Suara Gemuruh itu Ternyata Musibah

Layaknya orang main jailangkung, datang tak diundang, pulang tak diantar. Begitulah banjir bandang yang menyapu Kelurahan Layana Indah Jumat (25/10) kemarin. Tak banyak yang bisa diperbuat jika musibah itu datang tiba-tiba.


Seperti hari biasa, sore itu warga RT 10 dan RT 11 Kelurahan Layana Indah Palu Timur, tengah beristirahat. Tak ada tanda-tanda jika perkampungan yang dibangun Pemerintah Kota (Pemkot) Palu tahun 2003 silam itu, akan diterjang banjir bandang.
Sore itu, aktivitas sejumlah warga Layana berjalan normal. Ada yang sedang beristirahat di rumah, adapula yang sedang beraktifitas meski sedang diguyur hujan. Namun warga banyak yang memilih berdiam diri di rumah dari pada berhujan-hujan.
Sekitar pukul 15.00, tiba-tiba terdengar bunyi gemuruh dari arah Sungai Vintu yang berjarak 25 meter dari pemukiman penduduk. Warga mengira bunyi itu hanya efek dari hujan karena memang saat itu hujan sedang mengguyur dengan kencangnya. Mendengar suara itu, sebagian warga berlarian keluar rumah.
Gemuruh itu ternyata adalah musibah. Air bah tiba-tiba datang menghantam pemukiman penduduk. Tak ada yang bisa di selamatkan. ”Air datang dengan begitu cepatnya. Empat buah rumah rata dengan tanah, sedangkan puluhan lainnya terendam lumpur,” kata Burhan, Lurah Layana Sabtu,(26/10).
Betapa terkejutnya mereka, air yang bercampur lumpur dan pasir itu dengan cepatnya menerjang, merangsek ke rumah-rumah warga. ‘’Secara spontan warga berteriak minta pertolongan dan berteriak banjir..banjir,’’ cerita Salmiah (60), salah satu korban banjir yang rumahnya rata dengan tanah.
Seketika suasana berubah jadi panik. Orang-orang berhamburan keluar rumah guna selamatkan diri.
Sementara itu, Sriyani (37) ibu Ogi, bayi delapan bulan yang hilang, ketika banjir datang ia lagi berada dalam rumah bersama dua anaknya.
Mendengar teriakan warga itu, ia bergegas lari keluar rumah sambil menggendong dua anaknya yang masih kecil, Moh Ogi (8 bulan) dan Risma (10 tahun).
Namun nahas baginya, belum sempat ia melilitkan kain gendongan, tiba-tiba badannya terseret air sejauh 50 meter. Ogi, bayi laki-lakinya yang baru berumur delapan bulan, terlepas dari kain gendongan, dan hingga saat ini belum ditemukan.
Ditemui di posko penampungan pengungsi, Sriyani masih terbaring kaku diatas papan. Dia belum bisa bicara banyak. Ia masih trauma dengan kejadian itu. Kakinya masih bengkak, belum bisa digerakkan. Sedangkan beberapa bagian badan lainnya luka lecet. Sambil ditemani suamina Mohamad N. Is, Sriyani terlihat terguncang. Betapa tidak, bayi yang masih lucu-lucunya itu harus menjadi korban banjir bandang.***

(photo by:basri marzuki/beritapalu.org)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More