Pantai Marina Ampana

Pantai Marina ini terletak di ujung kota Ampana Kabupaten Tojo Unauna.

My Second son.... ANDRA

Andra.. kaget saat tahu kalau dirinya dijepret.. cepat besar my son..

Desa Kabalutan di Kepulauan Togean 2008

Desa yang berpenghuni sekitar 2000 orang, yang rata-rata dari suku Bajo..

Brimob di Tanah Runtuh Poso.

Insiden kontak senjata antara polisi dan kelompok sipil bersenjata di kawasan Gebangrejo,Poso Kota 22 Januari 2007 yang menewaskan empat belas orang masih meninggalkan kisah dan trauma yang mendalam.

Pantai Talise

Matahari senja di Pantai Talise Palu.

Brimob di Tanah Runtuh Poso.

Insiden kontak senjata antara polisi dan kelompok sipil bersenjata di kawasan Gebangrejo,Poso Kota 22 Januari 2007 yang menewaskan empat belas orang masih meninggalkan kisah dan trauma yang mendalam.

Sunset Wakai

Sunset di pelabuhan Desa Wakai Kepulauan Togean.

Senin, 13 April 2009

Blog Bernada Kebencian Islam Masih Ada

Pemunculan blog-blog bernada hasutan, kebencian bahkan fitnah terhadap pihak lain utamanya ummat Islam, seperti tidak ada matinya. Entah apa yang melatarbelakangi sehingga bermunculan blog atau situs yang bernada kebencian. Bisakan kita hidup berdampingan tanpa kebencian dan tanpa adu domba mengatasnamakan keyakinan dan perbedaan keyakinan? Sepertinya hal itu sulit jika kita masih menyimpan rasa dendam. rasa benci dan rasa ingin memfitnah.
Setelah beberapa blog dan situs yang memojokkan Islam, kini muncul lagi situs yang bernada sama, yaitu kebencian dan hasutan. Kemarin saya dikirimi email dari seseorang yang meminta agar blog http://trulyislam.blogspot.com ditutup karena mengandung unsur benci..

Pada halaman awal terdapat tulisan pengantar : Selamatkan Muslim dari Kesesatan. Namun isinya justru mempertanyakan kebenaran Islam. Ibarat logika, blog ini adalah sebuah psywar, penulis / pemilik blognya sedang menguji sejauh manakah kedewasaan ummat islam dalam menerima kritik dan otokritik terhadap beberapa aspek penting, terutama sekali yang menyangkut kepribadian Rasulullah Saw.

Menurut pemilik blog tersebut, ada banyak fakta dari Islam dan Muhammad Saw. yang disembunyikan sehingga ummat Islam akhirnya dibodohi. Hanya ada dua kebenaran saja menurut pemilik situs itu, jadi Islam sejati dan akhirnya punya pandangan seperti Imam Samudra dan Amrozy cs atau tidak sama sekali alias dibohingi sehingga akhirnya keluar dari Islam.

Sekali lagi, dunia maya, internet, blog memberikan sebuah pelajaran berharga kepada siapapun akan apa maknanya kebebasan informasi. Itulah sebuah resiko kebebasan informasi. Untuk itu di pemilik blog malah menantang untuk menutup situsnya, kalau kita terpancing dengan tantangannya maka sejalan dengan karakter Islam katanya, sikat siapa yang gak suka. Begitukah…?

Namanya juga psywar…., harus dilayani dengan cara yang sama. Yang jelas, menantang Islam bukan hanya sekedar menantang ummat islamnya saja, tapi juga menantang pemilik alam semester dan penguasa semesta alam ini. Kalau Allah mau, untuk menghancurkan Raja Abrahah tidak perlu dengan pasukan gajah yang sama atau bahkan lebih kuat, cukup dengan burung ababil yang kecil saja. Maka biarlah Allah yang menentukan dengan cara apa mereka yang menentangnya akan dihancurkan.




Jumat, 13 Februari 2009

Negara Facebook

Suksesnya obama menduduki kursi presiden Amerika Serikat, sebuah Negara adidaya, ternyata tidak lepas dari kegemarannya menelusuri dunia maya. Hobi berinternet, bahasa awamnya. Yups, Barack Hussein Obama adalah presiden pertama di dunia yang memanfaatkan telkonologi informasi untuk menggalang dukungan guna mencapai puncak kejayaannya dalam pemilihan presiden AS.

Langkah cerdas pertama Obama menjalankan strategi kampanyenya adalah ketika dia menunjuk Chris Hughes—salah satu pendiri Facebook yang sering dijuluki ”online orginising guru”—untuk menjadi ”juru kampanye” di jagat maya internet khususnya melalui media jejaring sosial (social network). Diinspirasi kesuksesan situs jejaring sosial seperti Facebook, MySpace, dan YouTube, Chris merancang My.BarackObama.com (selama kampanye dikenal dengan sebutan seksi ”MyBo”) yang dijadikan epicentrum dari keseluruhan strategi Obama menggaet massa melalui komunitas dunia maya. Melalui situs inilah ”keajaiban Obama” bermula.
Adakah strategi baru nan cerdas dari Barrack Obama itu ditiru oleh calon pemimpin kita? Ya..ya..ya! sejumlah nama-nama penting yang menjadi tokoh di Indonesia dan kini melirik kursi pemerintahan, juga mulai menggunakan jasa IT semisal Facebook, Blogger, Myspace, Wordpress dan situs pertemanan lainnya.
Di facebook ada nama-nama besar seperti Amin Rais, Prabowo Subianto, Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarno Putri, Wiranto dan beberapa tokoh lainnya. Para tokoh nasional itu, selain membuka kran pertemanan dan grup di facebook, juga ikut beriklan di situs yang menduduki peringkat ke lima di belantara dunia maya itu.
Itulah kita di Indonesia. Selalu latah. Inginnya meniru, meniru dan meniru. Tapi, apa salahnya meniru sesuatu hal yang baik? Karena, harapan para tokoh nasional kita bagaiman bisa menggaet simpati masyarakat lewat situs pertemanan itu. Mungkin saja bisa berhasil seperti halnya Obama.
Saya pun jika diberi kesempatan pasti akan menggunakan hal serupa untuk bisa menjadi presiden. “Jika menjadi presiden, yang paling pertama yang saya bangun adalah informasi teknologi, sesuai dengan skill saya. Bahkan, jika menjadi presiden maka saya akan anjurkan agar seluruh warga Negara Indonesia wajib untuk masuk di facebook,’’ batinku.
Yah.. Facebook. Kita akan menjadikan Negara ini menjadi Negara facebook yang seluruh masyarakatnya melek facebook. Artinya, semua kegiatan akan kita selesaikan lewat facebook. Mumpung ada blackberry dan notebook yang bisa ditenteng dimana saja untuk mengakses internet.
Kita simak perjalanan Obama menuju pintu gedung putih melalui facebook. Melalui situs ini Obama menghimpun dan memberdayakan para simpatisan dengan memberi mereka web tools dan web enablers untuk membentuk komunitas pemilih lokal; menciptakan event-event dukungan; sampai kepada menggalang dana kampanye melalui situs-situs dan blog-blog pribadi mereka. Melalui situs ini pula Obama menyebarkan video-video pidato politiknya kepada jutaan pemilih Amerika melalui YouTube atau mendistribusikannya secara mobile ke jutaan pengguna Blackberry atau iPhone.
Fantastis!!! Melalui situs ini Obama mampu mengumpulkan hampir semiliar dolar dari jutaan donatur ”gurem” yang bisa menyumbang hanya 5 dolar per-orangnya (wow… ini namanya ”grass-root marketing”). Yang lebih fantastis lagi, mengikuti formula E = wMC2, Obama mampu menghimpun komunitas jutaan simpatisan yang dengan sukarela menyebarkan word of mouth yang ampuh menggigit. Dengan sukarela para simpatisan ini membentuk komunitas-komunitas ssimpatisan lagi melalui blog-blog atau account mereka di Facebook, MySpace, Digg, Deli.cio.us, atau Twitter, dan dengan semangat empat-lima mereka ”menjual” Obama ke jutaan pemilih Amerika.
Obama juga hadir langsung di situs-situs jejaring sosial di atas untuk mengabarkan setiap detik aktivitasnya secara transparan, berdialog dengan para calon voters secara pribadi, menyebar video pidatonya, dan mendorong simpatisan mengumpulkan dana secara online. Sampai akhir Oktober sebelum detik-detik pemilihan, Obama memiliki lebih dari 1,7 juta sahabat di Facebook, 510.000 teman di MySpace, dan lebih dari 45.000 pengikut di Twitter. Sebaliknya, McCain punya 309.000 teman di Facebook dan 88.000 di MySpace.

Hanya Orang Bodoh Yang Tertipu

Penipuan melalui email sudah menelan banyak korban. Mulai dari transaksi palsu yang mengatasnamakan perusahaan tertentu hingga personal. Jangan langsung percaya kalau menerima email yang menyatakan Anda menang undian lotere. Lebih aneh lagi kalau menyatakan Anda mendapat warisan dari sanak saudara jauh di luar negeri yang ternyata kaya raya. Atau rayuan untuk mengikuti arisan dengan iming-iming mendapat kucuran dana menggiurkan.

Lebih parah lagi kalau disebutkan portal alamat email Anda berada mendadak mengenakan biaya atas fasilitasnya. Yang terakhir ini belakangan mulai marak terjadi. Sebuah email datang seolah-olah berasal dari sebuah portal ternama tempat Anda terdaftar sebagai pelanggan. Lalu Anda mengeklik alamat URL yang tersedia dan diperintahkan melakukan pembayaran online. Tentu saja jerat ini cukup ampuh mengingat Anda dihadirkan pada portal yang seolah-olah asli. Padahal itu portal palsu.
Pelaku penipuan seperti ini bukan hanya ada di luar negeri dengan korban warga Indonesia. Jenis penipuan lainnya yang mengatasnamakan provider tertentu dengan iming-iming hadiah puluhan bahkan ratusa juta rupiah, terjadi hampir tiap hari di Indonesia, bahkan di Sulawesi Tengah.
Menyangkut penipuan lewat email seperti yang diwartakan media ini edisi kemarin, kini sedang diantisipasi oleh sebuah portal raksasa, Yahoo. Sebagai salah satu portal penyedia fasilitas email, Yahoo jelas dibanjiri banyak pelanggan. Membludaknya pelanggan itu pula yang membuat email menjadi sarana riskan untuk dijadikan media penipuan. Untuk mengatasinya, Yahoo! Mail, dan Cisco Systems melakukan kerja sama dalam menghadirkan teknologi autentifikasi yang dirancang guna memerangi penipuan lewat e-mail dengan memverifikasi alamat awal e-mail. Yahoo! dan Cisco bekerja sama untuk mengolaborasikan dua teknologi kriptografi, DomainKeys dari Yahoo! dan Internet Identified Mail dari Cisco.
Gabungan dua teknologi ini akan disebut sebagai DomainKeys Identified Mail (DKIM), dan akan ditawarkan tanpa dikenakan royalti. DKIM merupakan solusi autentifikasi email yang memungkinkan pengguna untuk melindungi diri dari penipuan lewat email, menghalangi spam serta menghalau penipuan phising. Pendekatan ini menggunakan kriptografi public key yang memungkinkan pengguna untuk memverifikasi dan memastikan asal email, serta mengidentifikasi e-mail mana saja yang dapat diterima. DKIM menggunakan Domain Name System (DNS) Internet seperti halnya DomainKeys. DKIM juga meningkatkan kemampuan teknologi Internet Identified Mail guna memastikan email yang dapat melalui jaringan adalah email dengan signature yang konsisten.
Keuntungan yang dirasakan dari penggunaan DKIM akan signifikan bagi perusahaan-perusahaan yang sering mengirimkan email sebagai sarana transaksi bagi pelanggan, seperti bank dan layanan e-commerce. Bagi perusahaan-perusahaan ini, menyediakan kemampuan bagi pelanggan untuk mendeteksi indikasi penipuan lewat e-mail berarti meningkatkan kepuasan pelanggan, mengurangi biaya layanan pelanggan dan meningkatkan reputasi merek.
Nah, semakin canggihnya dunia saat ini, menuntut kita untuk terus mengikuti perkembangannya. Artinya, hanya orang-orang bodoh saja yang mudah tertipu karena sebagai manusia berakal, kita seharusnya bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman. Jika tidak ingin ditipu, maka kita jangan sampai bodoh. ***

Antara Selingkuh Wanita, Harta dan Tahta

KASUS dugaan perselingkuhan pejabat seperti yang terjadi di Kabupaten Parigi Moutong, memang bukan yang pertama kali terjadi di Sulawesi Tengah. Di sejumlah kabupaten hal ini juga terjadi. Bahkan, di kabupaten baru seperti Tojo Unauna, pejabatnya pun ada yang mencoba-coba main api dengan berselingkuh.Fenomena apa ini? Bisa jadi hal itu dikarenakan sang pejabat kaget dengan kekuasaan yang diberikan kepadanya. Yang dulunya dia hanya bisa menghasilkan uang untuk makan sekeluarga, kini oknum itu sudah punya penghasilan lebih bahkan bisa disaving untuk keperluan ‘entertainment’.

Nah, kebutuhan ‘entertainment’ itulah yang akhirnya membuat sang pejabat mulai cenderung meninggalkan pekerjaan. Dengan dalih dinas luar kota, sang pejabat akhirnya meninggalkan tugasnya dan ternyata main perempuan. Bukan hal baru lagi. Banyak pejabat di tingkat provinsi dan kabupaten di Sulteng yang kepergok selingkuh di luar kota.
Jakarta menjadi tempat yang sangat aman untuk ‘entertainment’ para pejabat. Dan di kota metropolitan itulah, oknum pejabat-pejabat kita banyak menghabiskan uang untuk berfoya-foya di tempat hiburan malam. Dari minum miras berkelas, booking wanita impor hingga narkoba. Lantas mengapa selingkuh itu bisa terjadi di kalangan pejabat?
Logikanya, jika seorang pejabat/tokoh biasa berselingkuh (dalam urusan wanita), maka tak sulit baginya juga akan berselingkuh dalam persoalan lainnya seperti selingkuh jabatan. Selingkuh jabatan bisa berbentuk korupsi, baik korupsi harta negara, waktu maupun korupsi kewenangan. Bukahkah hal-hal semacam itu selama ini sudah sangat merugikan negara?
Ketika seseorang tak mampu mengendalikan kecenderungan untuk tidak berselingkuh terhadap wanita, maka di situ terlihat bahwa integritas keimanan, akhlaq berupa kejujuran dan kesetiaan sesungguhnya telah tergadai. Karena itu, tak mustahil ketika berhadapan dengan harta dan juga jabatan/kewenangan yang berarti tahta, orang yang bersangkutan bisa jadi tak akan jauh berbeda. Alhasil, selingkuh terhadap harta dan tahta pun akan mengikuti selingkuh terhadap wanita.
Jika sudah demikian, tak hanya anak-anak yang lahir dari pernikahan yang bersangkutan yang dibuat menderita, tapi juga anak-anak yang lahir dari korban perselingkuhan juga tak akan kalah pedih nasib hidupnya. Dan lebih luas lagi jutaan anak-anak Indonesia pun bisa jadi turut menelan kepahitan yang sama.
Mereka tak bisa mengenyam pendidikan murah apalagi gratis, kesehatan tak lagi masuk daftar pembahasan, tak sedikit yang masih harus makan nasi aking, semua itu adalah korban perselingkuhan harta rakyat yang tak sedikit dilakukan para pejabat negeri ini.
Kasus dugaan perselingkuhan yang terjadi di Parigi Moutong hanya salah satu contoh yang bisa diungkap ke publik. Banyak kasus-kasus serupa yang dilakukan oleh oknum pejabat dari provinsi hingga kabupaten yang tidak terendus media. Yahh, tak mungkin ada maling yang mau mengaku…Wallahu A`lam Bissawab..

Rabu, 11 Februari 2009

Tujuh Anggota DPD Laporkan Jero Wacik

Soal Pengrusakan Situs Mojopahit di Mojokerto
PALU – Tujuh anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI), siang kemarin mendatangi Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri). Anggota DPD-RI yang dipimpin Faisal Mahmud itu, mewarning pemerintah terhadap pengrusakan Situs Mojopahit yang ada di Trowulan Mojokerto Jawa Timur. Situs Mojopahit itu kini sedang dibangun Pusat Informasi Mojopahit (PIM) yang merupakan bagian dari Majapahit Park oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero wacik.

Ketujuh anggota DPD itu diantaranya, Faisal Mahmud, Prof Nani Tololi, DR Ida Bagus Agastia, H Rusli Rahman, Ali Warsito, Hasan Tori dan Ramli itu, ditemui Kepala Badan Intelijen Keamanan (Kaba Intelkam) Irjen Pol Saleh Saaf. Tujuh anggota DPD ini menilai, pembangunan PIM diatas areal Situs Mojopahit itu telah melanggar Undang-undang No.5 tahun 1992 tentang benda cagar budaya, terutama pada pasal 15 dan 26.
Pimpinan rombongan DPD RI Faisal Mahmud yang dihubungi media ini kemarin menyebutkan, PIM itu tidak boleh dibangun di atas areal Situs Mojopahit karena situs tersebut merupakan satu-satunya situs kota di Indonesia.
“Dalam kunjungan kami anggota DPD beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa dalam pembangunannya sudah merusak bangunan situs-situs yang ada di Trowulan. Olehnya, kami mendatangi mabes Polri dengan harapan agar Kapolri akan melaporkan hal itu kepada bapak presiden,’’ ujar Faisal Mahmud.
Dalam pertemuan dengan Irjen Pol Saleh Saaf itu, tujuh anggota DPD menuntut agar Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik segera menghentikan secara permanen pembangunan PIM diatas situs Mojopahit. Pemerintah dalam hal ini Menteri Jero Wacik juga diminta untuk mengembalikan dan merehabilitasi bekas-bekas bangunan situs Mojopahit tersebut seperti sedia kala.
“Jika tidak dihentikan pembangunan PIM, maka kami anggota DPD bersama budayawan dan arkeolog Indonesia akan mengajukan secara pidana terhadap Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik,’’ ancam anggota DPD utusan Sulawesi Tengah itu.
Sebelumnya, pembangunan PIM ini juga ditentang oleh sejumlah kalangan di Jawa Timur. Mereka menghawatirkan, pembangunan PIM itu merusak dan menghilangkan artefak Majapahit yang tak ternilai harganya.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik dalam sebuah jumpa pers di Jakarta belum lama ini mengatakan bahwa pembangunan PIM di Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur akan dipindahkan ke tempat lain. "Kita akan merelokasi Pusat Informasi Majapahit itu," kata Menbudpar.
Keputusan untuk memindahkan PIM itu merupakan hasil rapat antara tim evaluasi yang dipimpin Menbudpar, kalangan arkeolog yang diwakili Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia Prof Dr Mundardjito, kalangan arsitek, dan perwakilan proyek pembangunan PIM. Tim Evaluasi bentukan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) akan mengkaji tempat baru pembangunan PIM yang menjadi bagian dari Majapahit Park itu.
Menbudbar mengatakan, pembangunan Majapahit Park merupakan agenda negara dalam upaya mengembangkan nilai sejarah. Kalaupun ada kekeliruan dalam pengerjaannya, hal itu tidak disengaja. "Saya minta maaf jika ada kekeliruan. Tidak ada niat sengaja untuk merusak situs," katanya.
Pemerintah, kata Menbudpar, juga berkomitmen melakukan rehabilitasi pada situs yang sudah terlanjur rusak. "Kalau persis sama seperti sebelumnya, tentu sulit. Namun kami akan rehabilitasi semaksimal mungkin. Yang jelas, tim evaluasi yang sudah dibentuk akan mengacu pada dua hal: mengangkat sejarah Majapahit, dan tak boleh merusak situs,” katanya seperti dilansir www.forummajapahit.org.
Dikatakan, pembangunan Majapahit Park memerlukan dana sekitar Rp25 miliar, dan diperkirakan baru selesai tahun 2012. Untuk tahun ini, Depbudpar menganggarkan Rp3 miliar untuk pembangunan Majapahit Park. Tahun depan, anggaran diharapkan naik Rp10 miliar, dan terus begitu hingga empat tahun ke depan. (abdee)

Selasa, 10 Februari 2009

“Aku untuk Negeriku” Blog Competition 2009


Indonesia Paripurna! Negeri kita memang bukan negeri dongeng yang segalanya tampak indah dan sempurna. Bukan dihuni dengan penduduk yang selalu berpakaian indah dan selalu tersenyum karena semuanya sudah tersedia. Ini adalah negeri yang terus bergerak menuju jati dirinya, hingga kini. Ribuan budaya yang tinggi nilainya, ratusan juta kepala yang terus bergelut dalam kemelut, dengan segala carut marutnya. Inilah Indonesia, sebuah warisan Nusantara yang megah.


Tiap orang yang hidup di negeri ini adalah pemilik negeri. Mereka semua berhak bertutur untuk Indonesia. Karena negeri ini pun dibangun dari tiap tetes keringat presiden, politikus, petani, buruh, mahasiswa, tukang becak, penjual pecel, pemulung, pekerja bangunan, karyawan kantor yang berdasi, serta Anda. Semuanya bergerak untuk bisa memberi arti pada kalimat Indonesia Paripurna.

Kami yakin, satu dari Anda akan bisa menjadi inspirasi bagi lainnya. Dan setitik aksi, selalu lebih baik daripada sejuta mimpi namun terbenam hanya dalam pikiran.

“Aku untuk Negeriku” merupakan program kompetisi blog yang mengajak Anda semua berbagi cerita dan mimpi Anda tentang negeri ini. Tentang langkah-langkah inspiratif yang bisa Anda lakukan sebagai anak negeri untuk Indonesia.

Melalui blog Anda masing-masing, tuangkan semua ide dan pikiran. Boleh yang serius, boleh yang super kreatif, boleh yang segar. Tentang Indonesia yang terbaik menurut Anda dan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mewujudkannya, dimulai dari diri sendiri ataupun lingkungan Anda.

Waktu Pelaksanaan Kompetisi:

* 12 Januari 2009 – 12 Februari 2009

Kriteria Penjurian:

* Isi yang sesuai dengan tema yang sedang dilombakan.
* Kreativitas, eksplorasi ide dan ruang lingkup informasi yang digunakan dalam tulisan yang diikutsertakan
* Interaksi pemilik blog dengan pembacanya.
* Posting yang diikutkan harus dipublikasikan pada saat kompetisi sedang berlangsung, bukan posting yang sudah dibuat sebelumnya dan belum pernah dipublikasikan.
* Posting bisa berupa tulisan, foto, atau lainnya.
* Khusus untuk tulisan, harus dalam Bahasa Indonesia.

Kriteria Khusus:

* Satu peserta, satu blog. (update 19.01.2009)
* Blog tidak mengandung unsur pornografi dan pornoaksi (update 24.01.2009)

Hadiah:

Pantia akan menyediakan hadiah sebagai berikut:

* Pemenang 1 : 1 buah Netbook
* Pemenang 2 : 1 buah HP 3G
* Pemenang 3 : 1 buah kamera digital

Penyerahan hadiah akan dilakukan di Jakarta. Transport dan akomodasi bagi pemenang yang berada di luar Jabotadebek akan disediakan.


Rabu, 28 Januari 2009

Empat Jam Terkurung Dalam Dentuman Peluru dan Bom


Insiden kontak senjata antara polisi dan kelompok sipil bersenjata di kawasan Gebangrejo,Poso Kota 22 Januari 2007 yang menewaskan empat belas orang masih meninggalkan kisah dan trauma yang mendalam.Bukan hanya warga Gebangrejo tapi juga sejumlah wartawan media televisi yang sempat terkurung selama empat jam dalam insiden ini. Bagaimana kisahnya? Berikut penuturan Abdullah K Mari, Koresponden ANTV Palu yang turun langsung meliput tragedi berdarah itu.

Sabtu malam (20/1) sekitar pukul 20.00 WITA saya menerima telepon dari teman saya seorang anggota Brimob menginformasikan akan adanya penggrebekan DPO di Tanah Runtuh,Poso Kota Senin pagi (22/1). Malam itu ternyata dia bersama pasukannya sudah lama mengendap di sekitar tanah runtuh untuk melakukan penyergapan pagi harinya.
Kami sepakat untuk bangun pukul 05.00 WITA dan liputan bareng. Agar tidak telat bangun, saya pun mengaktifkan alarm handpnone saya. Tepat pukul 05.00 WITA, alarm handpone saya berdering. Saya pun terbangun dan bergegas menuju kamar mandi mengambil air wudhlu untuk shalat subuh. Seusai sholat subuh dan memastikan semua peralatan liputan siap, kami keluar rumah dengan mengendarai mobil AVANZA milik rekan Syamsuddin Koresponden SCTV Palu.

Pagi itu, Syamsuddin menjemput kami, Ridwan Lapasere (kontributor Global TV Palu), dan Upik Nyong (Kameramen RCTI Palu). Sekitar setengah jam kemudian kami pun bergerak sambil berembuk dimana lokasi yang strategis dan paling aman untuk meliput. Keamanan dan keselamatan menjadi pertimbangan utama kami.
Karena bingung, kami memutuskan berhenti sementara di depan agen travel New Armada di Jalan Pulau Sumatera yang berseberangan jalan dengan kantor Polres Poso. Arus lalu lintas pagi itu sangat sepi. Hampir tidak ada kendaraan yang melintas. Cuaca sendiri cukup cerah.Sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya mendung dan turun hujan. Nampak dari kejauhan toko-toko di depan Pasar Sentral Poso tertutup rapat.
Saya menoleh ke kantor Polres Poso dan memperhatikan beberapa truk dan mobil rantis yang terparkir di halaman kantor itu. Selang beberapa saat, satu per satu kendaraan itu bergerak keluar.Saya dan rekan-rekan mulai curiga kalau penyergapan sudah mulai dipersiapkan.
Untuk memastikan itu, saya dan rekan-rekan mencoba menghubungi informan masing-masing. Namun sayang, koneksi handphone kami yang kebetulan semuanya menggunakan kartu produk telkomsel tidak bisa tersambung. Berkali-kali dicoba namun tetap tidak bisa. Kami sadar kalau jaringan telepon selular kembali diblokir seperti beberapa kejadian sebelumnya.
Khawatir kecolongan, saya dan rekan-rekan sepakat bergerak menuju Pasar Sentral Poso. Di depan pusat perbelanjaan di kota Poso kami berhenti. Suasana di tempat itu sepi.Toko-toko semua tertutup rapat dan tidak terlihat adanya aktivitas di dalam pasar. Entah kenapa. Mungkin para pedagang dan pemilik toko sudah tahu kalau pagi itu akan ada penyergapan DPO.
Kami berembuk menentukan lokasi liputan yang paling strategis dan aman. Di benak saya terpikir untuk bisa memperoleh gambar yang bagus dan aman tentunya harus bareng dengan aparat. Namun pagi itu, kami tidak tahu dimana konsentrasi polisi.
Setelah berembuk sekitar lima belas menit, kami sepakat mengambil lokasi liputan di rumah Iwan Ahmad, kontributor Trans TV Poso yang tinggal di Jalan Pulau Alor, kelurahan Gebangrejo, Poso Kota. Apalagi lokasinya cukup dekat dengan kawasan Tanah Runtuh yang bakal jadi target penyergapan. Sepanjang jalan menuju rumah yang letaknya hanya berjarak seratus meter dari kawasan Tanah Runtuh ini, nampak terlihat lengang. Hanya sesekali terlihat tukang ojek melintas. Sebagian rumah warga terlihat masih tertutup.
Setiba di rumah Iwan dan memarkir mobil di teras rumahnya sekitar pukul 07.00 WITA, kami duduk di teras sembari ngobrol-ngobrol. Iwan pun melayani kami dengan sajian teh manis dan makanan ringan. Sambil mencicipi makanan ringan, saya berbisik kepada Iwan agar standbye karena pagi ini polisi akan melakukan penyergapan DPO di Tanah Runtuh. Iwan kaget karena rupanya baru mengetahui informasi tersebut.
Saat jarum jam menunjukkan pukul 08.05 WITA tiba-tiba muncul sebuah mobil truk sedang dari arah Jalan Pulau Irian. Sopir mobil tersebut melintas sembari berteriak kepada warga agar segera masuk dan bersiap-siap karena mereka sudah dekat. Saya belum paham apa maksud dari kata-kata sopir tadi yang berlalu begitu cepat.Namun saya menduga kalau penyergapan sepertinya segera dimulai.
Saya pun memanggil rekan-rekan agar bergerak dan mendekati lokasi Tanah Runtuh sambil mengambil gambar.Saya, Iwan Ahmad, Subandi dan Syamsuddin jalan lebih dulu sedangkan Upik Nyong dan Ridwan Lapasere agak di belakang. Tepat di pertigaan Jalan Pulau Alor-Pulau Irian, saya tersentak kaget ketika melihat seorang lelaki berpostur sedang mengenakan topeng menenteng senjata laras panjang.Saya langsung menduga kalau orang tersebut adalah anggota kelompok DPO dari Tanah Runtuh.Tanpa tegur sapa,lelaki tersebut melintas begitu saja.
Sekitar sepuluh meter tempat saya berdiri tepat di depan rumah salah seorang warga, saya melihat sekitar lima orang lelaki yang semuanya menenteng senjata laras panjang.Dua orang diantaranya mengenakan topeng dan duduk di atas sepeda motor. Mereka sempat berteriak agar segera bersiap-siap.Sadar kalau itu anggota kelompok DPO, saya segera meminta rekan-rekan untuk tidak mengambil gambar dan mematikan handycam.
Setelah itu,saya berlima berjalan pelan-pelan sambil memegang handycam menuju arah Tanah Runtuh sambil melintasi lima lelaki bersenjata tak dikenal tadi.Namun baru beberapa meter melangkah,tiba-tiba salah seorang dari mereka dengan senjata ditangan mencegat dan menanyakan tujuan kami. Saya dan Iwan yang kebetulan di depan dalam keadaan gugup menjawab kalau kami akan masuk ke Tanah Runtuh untuk meliput.
Mendengar jawaban kami, lelaki berpostur kekar tadi spontan menjawab agar segera balik haluan dan tidak usah kesana (Tanah Runtuh,red). Jika tidak, dia mengancam akan menembak kami.’’Tidak usah kesana. Daripada saya tembak kamu,’’ancam lelaki tadi dengan nada tegas.
Mendengar ancaman tadi, saya dan rekan-rekan pun mulai ketakutan dan bergegas balik haluan. Selang beberapa satu menit kemudian tiba-tiba terdengar rentetan tembakan yang tidak jelas dari mana sumbernya. Saya dan teman-teman panik seketika dan langsung masuk ke rumah salah seorang dokter yang letaknya tepat di sudut pertigaan Jalan Pulau Alor-Pulau Irian. Khawatir rumah itu tidak aman untuk tempat berlindung, saya mengajak teman-teman segera pindah tempat dan memutuskan kembali dan berlindung di rumah Iwan.
Sesampai di rumah Iwan, saya tidak langsung masuk ke dalam rumah. Saya dan Iwan berhenti di pintu pagar. Saat itulah kembali muncul lelaki bertopeng menenteng senjata yang berpapasan dengan kami tadi. Lelaki tadi mengancam kepada kami agar jangan ada yang lari dan tetap tinggal di rumah.Kami pun mengiyakan.’’Jangan memang ada yang lari. Semuanya tetap tinggal di rumah,’’tegas lelaki tersebut.
Dalam keadaan ketakutan dan panik, saya dan teman-teman langsung masuk ke dalam rumah Iwan dan menutup pintu rapat-rapat. Suasana pun jadi tegang dan mencekam. Mertua dan keluarga Iwan pun panik dan ketakutan.Sebagian diantaranya masuk dalam kamar. Nyaris tidak ada suara terdengar. Hanya sesekali, anak sulung Iwan bernama Echa menangis. Namun mertua Iwan berusaha menenangkan cucunya.
Kami semua tiarap di lantai rumah. Tidak ada yang berani mengangkat kepala karena takut terkena peluru nyasar.Sejak saat itu, rentetan tembakan diselingi ledakan bom terus bersahutan. Ratusan butir peluru berhamburan dari berbagai jenis senjata. Semur hidupku baru kali itu mendengar dan mengalaminya.Di samping kiri dan kanan serta belakang rumah Iwan tak luput dari hantaman bom dengan suara yang cukup memekikkan telinga. Serpihan ledakannya pun terdengar menerpa atap rumah.
eski tidak sempat melihat kontak senjata dan ledakan bom secara langsung namun saya tetap berusaha mengabadikan kejadian itu dalam rumah. Saya tetap nyalakan handycamku dan merekam suara rentetan tembakan dan ledakan bom. Saya perhatikan teman-teman lain juga begitu.
Tak lama terdengar suara helikopter yang mengeluarkan himbauan agar warga semua tetap dalam rumah dan jangan ada yang keluar agar tidak terkena peluru nyasar. Saya mencoba memberanikan diri bangun dan menuju bagian dapur rumah Iwan. Di tempat itu saya melihat dan merekam helikopter yang berputar-putar di ketinggian sekitar empat ratus meter sembari menyampaikan imbauan lewat mikropon.
Sekitar dua jam berlalu, rentetan tembakan saling berbalasan dan ledakan bom terus terjadi. Tiba-tiba terdengar suara pekikan takbir sembari menyebutkan nama seseorang yang terkena tembakan dari arah Tanah Runtuh. Kami menduga salah seorang dari kelompok DPO telah terkena tembakan.Namun kejadian itu tidak menyurutkan frekwensi tembakan di kawasan Tanah Runtuh.
Sekitar pukul 11.00 WITA , frekwensi tembakan serta ledakan bom mulai menurun.Nampaknya kelompok DPO telah dipukul mundur oleh polisi dan mulai terdesak ke kawasan Bukit Jati.Beberapa saat kemudian, muncul empat orang anggota brimob bersenjata lengkap dan langsung masuk halaman rumah tempat kami berlindung.
Setelah kedatangan sejumlah anggota brimob yang menjadikan rumah Iwan juga sebagai tempat pertahanan, saya pun memberanikan diri mengambil gambar secara diam-diam dari sudut jendela. Teman-teman lainpun minta bergiliran.Tak heran gambar rekaman saya dan wartawan televisi lainnya hampir sama.
Menjelang pukul 12.00 WITA,suara tembakan dan ledakan bom terdengar semakin jauh dan nyaris tak terdengar lagi. Kami seisi rumah mulai memberanikan diri bangun sembari menyantap buah rambutan dan langsat yang kebetulan baru saja dibeli mertua Iwan.Mungkin karena lapar bercampur rasa takut sehingga kami makan dengan lahapnya.
Setelah itu, saya keluar lewat pintu belakang dan mengambil gambar beberapa anggota brimob bersenjata lengkap yang juga berada di belakang rumah Iwan. Mereka sempat kaget begitu melihat saya menyalakan handycam. Namun setelah memperkenalkan diri saya akhirnya mereka mengerti dan meminta berhati-hati dalam meliput.
Beberapa saat kemudian, sebagian anggota brimob tadi bergerak menuju Tanah Runtuh. Sebagian diantaranya masih siaga di depan rumah. Tiba-tiba salah seorang anggota brimob itu berteriak agar menjauh karena ada bom tergeletak di teras rumah tepat di sebelah rumah Iwan. Suasana pun kembali tegang dan panik. Terlebih pemilik rumah yang sejak tadi bersembunyi dan tiarap di dalam rumahnya.
Saya sendiri memberanikan diri untuk keluar dan mengikuti para polisi bersenjata. Sambil mengendap-endap saya mengikuti punggung anggota Brimob yang menggunakan rompi anti peluru dan menenteng dua senjata laras panjang. Saya menoleh ke belakang, ternyata teman-teman lain tidak mengikuti saya. Dengan sedikit was-was, saya terus mengikuti punggung sang polisi. ''Hati-hati pak, mereka (para DPO,Red) masih banyak di sana(sambil menunjuk bukit didepan kami),'' anggota brimob itu memperingati.
Benar saja, belum jauh saya melangkah, rentetan tembakan terdengar dan kemudian semua anggota polisi itu berlindung, termasuk saya.
Saat berlindung itu, saya melihat ratusan selonsong peluru di teras rumah salah seorang warga, serta beberapa bom yang tidak meledak. Dalam keadaan was-was saya tetap mengabadikan momen demi momen berharag itu.
Makin jauh saya masuk, dan akhir saya bertemu dengan puluhan brimob dan anggota densus 88 yang sedang istirahat di balik bangunan rumah dinas guru. Saya ikut istirahat dan ditawarkan ransum oleh seorang polisi. Sambil makan ransum susu, seorang perwira polisi yang tak lain adalah Kapolres Poso AKBP Rudy Sufahriadi melihat saya dan menegurnya. "Wah, kamu berani juga masuk sampai disini. Rekan-rekanmu yang lain mana?,'' kata dia. Saya jawab teman-teman balik kanan ke mako polres. Dia hanya memperingatkan agar hati-hati karena para DPO masih menembak dari arah depan di bukit jati di Jalan Irian Jaya. Benar saja, dua kali rentetan senjata mesin laras panjang, terdengar bersamaan dengan bunyi batang pohon dan dinding yang terkena peluru. Saya spontan tiarap sambil terus merekam di handycam.
Sekitar 1 jam saya bersama para polisi, saya berinisiatif untuk kembali ke mako polres. Saya ke rumah rekan saya Iwan dengan harapan rekan-rekan lainnya masih berada disana. Ternyata mereka sudah lebih dulu kembali. Saya terpaksa menggunakan sepeda motor Iwan untuk menuju ke Polres.
(tulisan lainnya silakan dilihat di http://ajipalu.wordpress.com)

Kisah Liputan Tanah Runtuh


Seorang jurnalis yang meliput diwilayah konflik, resikonya terkadang jauh lebih berbahaya dibanding seorang wartawan peliput perang. Posisi wartawan peliput konflik sangat rentan dengan ancaman kekerasan dan kematian, karena posisinya dituntut untuk bersikap independen pada kedua pihak yang berseteru. Apakah itu dari kelompok Islam atau Kristen, atau antara kelompok yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Tanah Runtuh dan pihak kepolisian untuk kasus konflik Poso misalnya. Kisah Samsudin dari SCTV itu adalah contohnya, ia nyaris remuk ditangan kelompok DPO Poso. Sementara Abdullah K. Mari wartawan ANTV yang selama ini bertugas di Palu, ia nyaris di bogem, justru di Kantor Polres Poso.

Coba simak cerita yang dituturkan Sam, begitu kawan kita kelahiran Tanah Bugis itu disapah, berkisah seperti begini; Sekitar sepuluh meter dari tempat saya berdiri, saya melihat lima lelaki menenteng senjata laras panjang. Dua diantaranya mengenakan topeng dan duduk di atas sepeda motor. Orang itu memberi aba-aba agar segera bersiap-siap. Sadar kalau itu anggota kelompok DPO, saya segera meminta rekan-rekan untuk tidak mengambil gambar dan mematikan handycame. Saya, bersama lima kawan yang lain, berjalan pelan sambil memegang handycame menuju arah Tanah Runtuh sambil melintasi lima lelaki bersenjata tak dikenal tadi. Tiba-tiba, salah seorang dari mereka dengan senjata terhunus mencegat dan menanyakan tujuan kami. Saya dan Iwan Lapasere, kontributor Global TV di Palu, dengan perasaan cemas dan gugup menjawab, akan masuk ke Tanah Runtuh untuk meliput, kami wartawan. Mendengar jawaban itu, lelaki berpostur kekar tadi spontan menjawab agar segera balik haluan dan tidak usah Tanah Runtuh. “Jika tidak balik, saya akan tembak kamu”, ancam lelaki tadi dengan nada tegas.
Itulah sepenggal cerita yang tak mungkin anda baca dimedia apa saja. Kisah dibalik layar itu tuturkan oleh Samsudin, wartawan SCTV yang meliput kisah penyerbuan polisi di tanah Runtuh Kelurahan Gebang Rejo Kecamatan Poso Kota. Sebuah kawasan yang selama ini ditengarai tempat bermukim para pentolan DPO yang selama ini dituding polisi sebagai biang kekerasan yang memicu reaksi kekerasan demi kekerasan di Tanah Poso.
Kalau Abdi, nama kecil Abdullah K. Mari, wartawan ANTV yang masa kecilnya dihabiskan di Poso, punya kisah yang juga mengenaskan dari kantor Mapolres Poso. Ia cerita begini: Saat itu posisi waktu menunjukkan pukul 14.00 WITA. Sejumlah korban kontak tembak dengan kelompok sipil bersenjata digiring ke Mapolres Poso. Beberapa meter dari pintu saya melihat jejeran orang penuh luka dan berlumuran darah. Sekitar tujuh orang dijejer, enam diantaranya sudah tewas dan satu masih bergerak. Belum lama mengambil gambar, seorang anggota Propam Polres Poso mendekati saya dan bertanya apakah saya anggota polisi. Saya menjawab, saya adalah wartawan. Saya lalu ditarik keluar dengan kasar. Seorang perwira polisi lalu ikut menginterogasi saya dan berusaha menyita kamera saya. Saya berusaha menjelaskan bahwa saya sudah mendapat ijin dari kapolres untuk mengambil gambar korban. Perwira itu bahkan membentak saya dan terus mengorek keterangan dari mulut saya. Dengan kasar, sambil memegang kamera saya dan mencengkeram kerah baju saya, polisi itu menggiring saya menuju ke ruang Iden (Identifikasi). Di ruang iden saya bertemu dengan perwira polisi yang ternyata orang Polda Sulteng dari Bidang Humas dan kenal dengan saya. Dialah yang menyelamatkan saya dan kamera saya. Perwira berpangkat AKP itu lalu memarahi anggota propam itu sambil meminta maaf kepada saya.

Itulah kisah dari orang-orang (wartawan, red) yang mengabdi untuk kepentingan publik, namun yang dituai adalah teror-teror psikologis, terkadang, kekerasan juga meronai perjalanan hidup wartawan di medan konflik. Kematian Wartawan Poso Pos, I Wayan Sumaryase pada 2002 lalu adalah contoh paling ekstrim.
Dengan kondisi ekstrim seperti demikian, terkadang wartawan bekerja dilapangan bagai orang satu tim dari media yang sama, padahal mereka berburu berita untuk sebuah aktualitas dan eklusivitas dari masing-masing medianya. Namun karena taruhan nyawa saban saat mengintip, mereka bekerja tak lagi bagai supermen, tapi supertim yang kompak.
Simaklah cerita Samsudin, ketika polisi melakukan aksi penyerbuan di kelompok DPO di Tanah Runtu Gebangrejo pada 22 januari lalu; Setelah menjemput rekan Ridwan Lapasere (kontributor Global TV Palu), Upik Nyong (Kameramen RCTI Palu) dan Abdullah K Mari (kontributor ANTV Palu), sekitar setengah jam kemudian kami pun bergerak sambil berembuk, dimana lokasi yang strategis dan paling aman untuk meliput.Keamanan dan keselamatan menjadi pertimbangan utama kami. Setelah berembuk, sekitar lima belas menit, kami sepakat mengambil lokasi liputan di rumah Iwan Ahmad, kontributor Trans TV Poso yang tinggal di Jalan Pulau Alor, kelurahan Gebangrejo, Poso Kota. Apalagi lokasinya cukup dekat dengan kawasan Tanah Runtuh yang bakal jadi target operasi. Sepanjang jalan menuju rumah yang letaknya hanya berjarak seratus meter dari kawasan Tanah Runtuh ini, nampak terlihat lengang. Hanya sesekali terlihat tukang ojek melintas. Sebagian rumah warga terlihat masih tutup.
Rumah Iwan Ahmad, wartawan Trans TV di Poso jadi base camp sementara karena jaraknya yang sangat dengan lokasi yang akan dijadikan target operasi polisi. Pada pukul tujuh pagi, kembali sekelompok wartawan yang umumnya jurnalis televisi itu kembali mengatur strategi liputan sembari menikmati kopi pagi dirumah Iwan Ahmad.
Jarum jam menunjukkan pukul 08.05 WITA , sekonyong-konyong muncul sebuah mobil truk berukuran sedang dari arah Jalan Pulau Irian Poso . Sopir mobil tersebut melintas sembari berteriak kepada warga agar segera masuk dan bersiap-siap karena mereka sudah dekat. Ternyata yang dimaksud mereka sudah dekat adalah pasukan kepolisian yang akan melakukan penyerbuan pada pagi itu 22 januari 2007 di Tanah Runtuh Poso.
Teriakan sopir truk tadi membuat wartawan langsung sigap mengambil posisi, Samsudin bahkan langsung mengarahkan kameranya pada beberapa sudut yang suasananya ketika itu sudah mencekam, demikian juga Abdhi, Upik Nyong, dan Iwan Lapasere. Ketika itu orang-orang pada diam, sesekali berbisik. Samsudin yang wartawan SCTV itu kembali mengajak rekan-rekan jurnalis lainya untuk segera bergerak dan mendekati lokasi Tanah Runtuh sambil mengambil gambar. Sam (SCTV), Iwan Ahmad (Trans TV), Subandi (Metro TV) dan Abdullah K Mari (ANTV) bergerak duluan, sementara Upik Nyong (Kameramen RCTI) dan Ridwan Lapasere (Global TV) menyusul dari belakang.
Tepat di pertigaan Jalan Pulau Alor-Pulau Irian, para jurnalis itu tersentak kaget ketika melihat seorang lelaki berpostur sedang mengenakan topeng menenteng senjata laras panjang. Ternyata lelaki berbadan kekar itu adalah anggota kelompok DPO dari Tanah Runtuh. Tanpa tegur sapa, lelaki tersebut melintas begitu saja. Tak diduga, ternyata kembali menyusul lima orang berbadan tegap, dua diantaranya memakai topeng, sementara beberapa wartawan mulai mengambil gambar disekitar Tanah Runtuh. Tak diduga, salah seorang dari lelaki berbadan tegap itu langsung membentak dan menanyakan tujuan para wartawan itu. Walau sudah dijelaskan kalau mereka wartawan, namun lelaki yang ditengarai kelompok DPO itu menghardik dan meminta para wartawan balik haluan. ’’Tidak usah kesana. Daripada saya tembak kamu,’’ancam lelaki tadi, seperti dituturkan Samsudin. Para jurnalis itu akhirnya memutuskan kembali ke rumah Iwan Ahmad.
Saat itu mulai berseliweran beberapa lelaki memakai topeng sembari menenteng senjata. Lelaki itu kembali mengancam para wartawan dan beberapa warga yang ada disekitar rumah Iwan Ahmad. ’’Jangan memang ada yang lari. Semuanya tetap tinggal di rumah,’’tegas lelaki kekar itu, seperti dikisahkan Abdi.
Dalam keadaan ketakutan dan panik, para jurnalis yang sudah berkali-kali meliput “perang” antar warga di Poso itu langsung masuk rumah Iwan dan menutup pintu rapat-rapat. Suasana pun jadi tegang dan mencekam. Mertua dan keluarga Iwan pun panik ketakutan. Sebagian diantaranya masuk dalam kamar. Nyaris tidak ada suara terdengar. Hanya sesekali, anak sulung Iwan bernama Echa menangis. Namun mertua Iwan berusaha menenangkan cucunya.
Orang-rang di rumah Iwan Ahmad semuanya dalam kondisi psikologis yang tegang , Persis di film-film perang kata Iwan Lapase. Semua orang yang ada dalam rumah mengambil posisi tiarap untuk menghindari peluru nyasar. Sesaat kemudian rentetan tembakan diselingi ledakan bom terus bersahutan. Ratusan butir peluru berhamburan dari berbagai jenis senjata. Di samping kiri dan kanan serta belakang rumah Iwan tak luput dari hantaman bom dengan suara yang cukup memekakakan telinga. Serpihan ledakannya pun terdengar menerpa atap rumah Iwan Ahmad. Para kawan-kawan wartawan itu beberapa diantaranya mengambil gambar dengan super hati-hati, kondisinya sangat berbahaya karena sumber peluru dan bom tak saja datang dari kelompok DPO, tapi juga bersumber dari senjata polisi.
Dalam susasana tembak menembak itu, terdengar suara helikopter yang meraung-raung sambil mengeluarkan himbauan agar warga tetap dalam rumah dan jangan ada yang keluar agar tidak terkena peluru nyasar. Samsudin ternyata nekat ia mencoba memberanikan diri bangun dan menuju bagian dapur rumah Iwan. Di tempat itu ia melihat dan merekam helikopter yang berputar-putar di ketinggian sekitar empat ratus meter sembari menyampaikan imbauan lewat mikropon.
Sekitar dua jam berlalu, rentetan tembakan saling berbalasan dan ledakan bom terus terjadi. Tiba-tiba terdengar suara pekikan takbir sembari menyebutkan nama seseorang yang terkena tembakan dari arah Tanah Runtuh. Para wartawan itu menduga salah seorang dari kelompok DPO telah terkena tembakan. Namun kejadian itu tidak menyurutkan frekwensi tembakan di kawasan Tanah Runtuh.
Pukul 11.00 WITA , frekwensi tembakan serta ledakan bom mulai menurun.Nampaknya kelompok DPO telah dipukul mundur oleh polisi dan mulai terdesak ke kawasan Bukit Jati, masih disekitar tanah Runtuh. Sesaat kemudian, muncul empat orang anggota brimob bersenjata lengkap dan langsung masuk halaman rumah Iwan Ahmad, tempat para wartawan berlindung. Anggota Brimob itu paham kalau beberapa diantara lelaki yang kurang kekar itu adalah wartawan, polisi itu meminta agar semua tenang dan tetap didalam rumah. Kesempatan itu dimanfaatkan para wartawan untuk kembali mengambil gambar secara bergantian dari balik jendela. Kata Samsudin, semua gambar wartawan ketika itu sama, karena di shot dari posisi yang sama.
Ketika kontak tembak itu agak redah, para wartawan kembali meluncur ke Mapolres Poso, karena beberapa korban di evakuasi ke Mapolres. Ternyata Abdi (ANTV) ditinggalkan para kawannya, ia menyusul kemudian, namun sial bagi Abdi, ketika kameranya asik menyapu beberapa sudut ruang yang berlumuran darah, ia dihardik seorang anggota polisi, nyaris “ketupat bengkulu” polisi mendarat di pipi Abdi. Beruntung seorang Perwira Polsisi dari Humas Mapolda Sulteng mengenal Abdi. Bogem itu tak jadi meluncur.
Teramat sulit membayangkan, bila anak-anak negeri ini tak paham tugas seorang jurnalis, entah itu dari DPO konflik Poso juga polisi dan warga lainnya. Mereka bekerja dibawa ancaman senapan, serpihan bom, serta hardikan dari orang-orang yang tak paham tugas wartawan. Hasil liputan itu terkadang kita baca, atau tonton di televisi, dengar di radio, sembari menyeruput kopi hangat. Kita tak tau kalau Samsudin dari SCTV nyaris di dor dengan senjata laras panjang oleh seorang lelaki berbadan kekar, dan Abdullah K. Mari (ANTV) juga nyaris di bogem justru di kantor polisi.

Jumat, 16 Januari 2009

Israel Gagal Total di Perang Media


Dalam semua aspek dan persepektif yang ada, sangat sulit menerima dan memahami apa yang dilakukan oleh Israel terhadap Jalur Gaza. Bahkan ketika seseorang menyampaikan empati terhadap “serangan balasan Israel” akan Hamas, siapapun tidak akan bisa menemukan pembenaran kelakuan bejat taktik militer Negara Zionis itu.


Tiga pekan, maka hampir seluruh Gaza punah. Lebih dari 1100 orang tewas, setengah di antaranya adalah anak-anak dan wanita, dan 5000 terluka, dan itu tampaknya tak sedikitpun mengendurkan Israel untuk menghentikan agresinya itu.

Sejak dari dulu sampai sekarang, ketika Israel tengah melakukan kejahatan kemanusiaan, maka dengan serentak, Israel menerapkan penguasaan media yang seragam. Ketika Israel membombardir Lebanon di musim panas tahun 2006 lalu, para model yang berkebangsaan Israel dengan berbikini ria membanjiri semua halaman majalah di AS. Mantan Miss Israel, Gal Gadot mengaku diminta langsung oleh konsulat Israel di New York untuk memperlihatkan tubuhnya tanpa sehelai benang pun sebagai bagian dari “pengalihan perang Israel”—demikian dilaporkan New York Post, Juni 2007. Dan sekarang ketika langit Gaza pekat oleh asap bom, taktik serupa juga diberlakukan. Majalah Maxim dan majalah serta tabloid bertiras tinggi di AS dan Eropa banyak memajang wanita bugil.

Tapi apakah sekarang Israel memenangkan perang media ini? Menteri Luar Negeri Israel, Tzipi Livni menyampaikan sebuah pesan di YouTube bahwa dengan membuat 1,5 juta orang Palestina di Jalur Gaza kelaparan, sekarat, terpenjara, dan dibom akan membuat dunia menjadi lebih damai, menjadi lebih baik, dan indah untuk demokrasi serta keamanan dunia. Namun, kenyataannya tidak selalu yang diharapkan para Zionis itu terwujud. Surat kabar di AS semakin hari semakin memperlihatkan obyektivitasnya. Selain memenuhi pesanan Tel Aviv, mereka juga menyisakan satu ruang kosong, dan membuat pertanyaan : 'Apa yang dimenangkan oleh Israel sebenarnya?

Kenyataannya, Israel sekarang tak bisa lagi memenangkan perang media di AS. Ribuan orang di negeri itu lebih berhati-hati dan memfilter semua berita yang masuk. Semua kenyataan perang yang ditimbulkan oleh Israel; potret bocah-bocah Palestina yang dibantai, sekolah PBB yang dihancurkan bom, gedung, rumah dan rumah sakit yang diratakan tanah, telah membuka mata semua orang di negeri itu.

Internet membuka semua kemungkinan bahwa Israel tak akan pernah bisa lagi menyembunyikan segala kelakukan barbarnya. Israel sekarang harus menghadapi kenyataan, strategi perang medianya tak berjalan. Warga AS dan Barat tak selamanya senang melihat paha mulus—sebaliknya, atas nama nurani, mereka bangkit ketika melihat bayi yang terkoyak karena bom.(sumber :eramuslim.com)

Lirik We Will Not Go Down (Song For Gaza) - Michael Heart


Ingin Download Lagunya silakan ke Klik di sini

WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)
(Composed by Michael Heart)
Copyright 2009

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive


They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight


Gaza Merebut Simpati Dunia


Gaza boleh dibakar. Demikian juga masjid, rumah, dan sekolah. Pada saat bersamaan, para pemimpin dunia memperdebatkan siapa yang salah dan siapa yang benar.
Jalur diplomasi yang ditempuh, hanya menghasilkan kesia-siaan. Sebab, bom-bom tetap dijatuhkan bagaikan hujan asam. Wanita dan anak-anak dibunuh setiap malam.


Tapi, melalui tetes air mata dan darah serta rasa sakit, Anda masih bisa mendengar suara itu di tengah kepulan asap. Pejuang Hamas tak akan menyerah melawan kekejaman negara Zionis itu. Semangat yang tak akan pernah mati.

Itulah cuplikan lagu Michael Heart, musisi asal Los Angeles, Amerika Serikat (AS), yang mendedikasikan lagunya itu untuk rakyat Gaza. Berbeda dengan album pop-rock sebelumnya, seperti Unsolicited Material yang dirilis Maret 2008, lagunya kali ini dapat diperoleh gratis melalui situsnya, www.michaelheart.com.

Sebagai gantinya, gitaris yang bermukim di Los Angeles sejak 1990 itu meminta siapa pun yang mengunduh lagu--dibuat Januari 2009--itu agar menyumbangkan dana kepada rakyat Palestina. Warga bangsa yang kini menjadi korban agresi Israel.

Dana itu dapat disumbangkan langsung ke salah satu yayasan atau organisasi sosial yang membantu rakyat Palestina. Michael yang pernah tinggal di Swiss, Austria, dan Timur Tengah itu menyebut di antaranya adalah Badan Pekerja dan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Badan PBB yang berdiri sejak 1949.

Michael memang bukan siapa-siapa. Dia hanya musisi yang menghabiskan waktu 18 tahun di rumah studionya dengan membuat berbagai album lagu bagi artis lokal di Los Angeles.

Tapi, dia punya cara tersendiri untuk mengekspresikan kejengkelannya. Apa yang disebutnya sebagai upaya meringankan penderitaan rakyat Palestina.

Kendati namanya tidak setenar musisi dunia, seperti John Lenon dengan Imagine atau Freedie Mercury dengan There Must Be More Life Than This, beberapa artis ternama pernah bekerja sama dengannya.

Sebut saja di antaranya Will Smith, Toto, Natalie Cole, The Temptations, Brandy, Jesse McCartney, Jessica Simpson, dan Phil Collins. Kelihaiannya sebagai gitaris dan keahliannya sebagai insinyur rekaman audio membuatnya dikenal sejumlah artis papan atas.

Alumnus sebuah sekolah rekaman, Full Sail, ini juga terlibat dalam beberapa proyek rekaman dengan produser Rodney Jerkins, Philippe Saisse, dan David Foster. Selain menghabiskan waktunya di studio rekaman, Michael yang fasih berbahasa Prancis ini kerap mengadakan tur musik, terutama masa-masa di awal tahun 1990.

Di antara turnya yang kemudian menjadi album adalah kolaborasinya dengan grup band jazz lembut Jango. Saat ini, dia tampil live dalam Mark & Brian Radio Program yang disiarkan Los Angeles Rock Radio Station 95.5 KLOS.

Michael Heart merupakan salah satu di antara warga dunia yang menolak terjadinya kejahatan kemanusiaan di Gaza. Memang, tidak harus menggelar demonstrasi untuk memperlihatkan simpati.

Michael dengan kemampuan yang dimiliki, membuat lirik lagu yang menggambarkan situasi horor rakyat Palestina di Gaza. Sumbangannya, untuk mengecam agresi Israel.

Lain Michael, lain pula penyanyi beken Annie Lennox dan komedian Alexei Sayle. Mereka punya cara yang berbeda untuk menyerukan dihentikannya kejahatan kemanusiaan di Gaza.

Pada Jumat (2/1) lalu di London, Inggris, bersama dengan mantan model, Bianca Jagger, dan mantan wali kota London, Ken Livingstone, mereka menggelar jumpa pers.

Lennox meminta diakhirinya apa yang mereka sebut pembantaian dan pembunuhan sistematis di Gaza. Israel harus menghentikan agresi militer yang dianggap sebagai respons atas serangan roket-roket Hamas.

''Saya berpikir atas nama seorang ibu dan manusia biasa, bagaimana ini (perang) dapat menjadi solusi bagi perdamaian,'' katanya dengan nada emosional. ''Bagaimana mencari jawaban dari masalah ini?'' lanjutnya.

Menurut Lennox, harus ada waktu di mana mereka yang terlibat konflik duduk satu meja. ''Saya berada di sini untuk mengekspresikan kebebasan berpendapat. Hak saya sebagai bagian dari dunia yang bebas untuk mendorong warga bangsa menentang resolusi konflik yang tak akan pernah berhasil.''

Alexei Sayle yang keturunan Yahudi-Lithuania meminta agar publik figur Yahudi untuk menyuarakan bahwa penyerbuan ke Gaza bukan atas nama mereka. ''Ketika Anda menyerang seseorang, tapi mengira Anda sebagai orang baik, bagaimana itu bisa terjadi?''

Sayle kemudian menyatakan, sering kali juru bicara Israel berdalih orang-orang yang mereka bunuh karena bersalah. Namun, dia justru menyebut itu sebagai pembunuhan dan pemerkosaan secara psikologis. Bentuk lain dari pembunuhan itu sendiri.

''Dan, itulah memang yang dilakukan Israel saat ini.'' Dia menambahkan, ''Saya sejatinya ingin memiliki kebanggaan menjadi seorang Israel. Tapi, kini saya malu.''

Dalam kesempatan yang sama, Bianca Jagger menyerukan dukungannya untuk segera mengakhiri perang tersebut. Presiden terpilih AS, Barack Obama, semestinya dapat berperan lebih menghentikan agresi itu.

''Warga dunia berharap banyak atas terpilihnya dia (Obama). Kami menunggunya agar segera menghentikan perang,'' kata Jagger.

Keesokan harinya, 20 ribu warga London tumpah ruah dalam long march dari Embankment di London ke Trafalgar Square. Lennox, Bianca Jagger, Alexei Sayle, dan Ken Levingston tampak di antara kerumunan massa menentang bombardemen Israel atas Gaza.

Michael Heart, Annie Lennox, dan Bianca Jagger kini tinggal menggantungkan harapan. Sebelum kekerasan itu berakhir, apa pun itu, simpati dunia telah berpihak ke rakyat Gaza.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More