Minggu, 28 Oktober 2007

Buntut Tapal Batas, Warga Kawatuna Blokir Saluran Air


Palu- Kasus rebutan batas wilayah antara warga Kelurahan Kawatuna dan Lasoani, hingga minggu ini belum berakhir. Pasca bentrokan tanggal 18 oktober 2007 silam, warga Kawatuna, kini memblokir saluran pengairan warga Lasoani yang melewati daerah Kawatuna. Akibatnya, sejumlah perkebunan kekeringan dan usaha batu bata gulung tikar.

Pemblokiran saluran air ini bermula dari rebutan batas wilayah kelurahan. Warga Kawatuna bersikeras batas kelurahan sesuai dengan surat keputusan gubernur Sulawesi Tengah tahun 1992 lalu. Namun, warga Lasoani tak bisa menerima. Mereka mengklaim sejumlah lahan warga Kawatuna telah masuk ke wilayah mereka.

Karena tak ada titik temu, warga pun bentrok. Selasa dua pekan lalu, mereka saling lempar batu. Bentrok tak berlangsung lama, setelah pemerintah Kota Palu melakukan perundingan. Namun, kata sepakat tak jua didapat

Warga Kawatuna pun memblokir saluran pengairan warga Lasoani dengan membangun tembok dan mengalirkan air ke perkebunan warga Kawatuna. Akibatnya, sejumlah perkebunan di Lasoani kekeringan. Tanaman jagung dan kacang tanah milik warga Lasoani mati dan tak bisa dipanen.

Sementara sejumlah usaha pembuatan batu bata terancam gulung tikar. Mereka tak bisa membuat batu bata karena tak ada air.

“Kami tergantung dengan air yang berasal dari wilayah Kawatuna. Kalau sudah diblokir seperti ini, kami tidak bisa bekerja,” ujar Ratap, salah seorang pengrajin batako di Lasoani.

Menurut Hayyun Nur, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kawatuna, pemblokiran saluran irigasi ini dilakukan warga Kawatuna agar warga Lasoani dapat menerima batas wilayah kelurahan sesuai surat keputusan gubernur Sulawesi Tengah. “Kami mengakui memang warga disini sengaja memblokir saluran air, dan kami berharap agar warga Lasoani menerima soal tapal batas itu,” ujarnya.

Namun, meski pemblokiran saluran pengairan ini telah merugikan warga Lasoani, hingga kini belum ada kata damai antara warga yang serumpun ini. Masing-masing tetap dengan keputusan mereka.

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More