Jumat, 16 Januari 2009

Gaza Merebut Simpati Dunia


Gaza boleh dibakar. Demikian juga masjid, rumah, dan sekolah. Pada saat bersamaan, para pemimpin dunia memperdebatkan siapa yang salah dan siapa yang benar.
Jalur diplomasi yang ditempuh, hanya menghasilkan kesia-siaan. Sebab, bom-bom tetap dijatuhkan bagaikan hujan asam. Wanita dan anak-anak dibunuh setiap malam.


Tapi, melalui tetes air mata dan darah serta rasa sakit, Anda masih bisa mendengar suara itu di tengah kepulan asap. Pejuang Hamas tak akan menyerah melawan kekejaman negara Zionis itu. Semangat yang tak akan pernah mati.

Itulah cuplikan lagu Michael Heart, musisi asal Los Angeles, Amerika Serikat (AS), yang mendedikasikan lagunya itu untuk rakyat Gaza. Berbeda dengan album pop-rock sebelumnya, seperti Unsolicited Material yang dirilis Maret 2008, lagunya kali ini dapat diperoleh gratis melalui situsnya, www.michaelheart.com.

Sebagai gantinya, gitaris yang bermukim di Los Angeles sejak 1990 itu meminta siapa pun yang mengunduh lagu--dibuat Januari 2009--itu agar menyumbangkan dana kepada rakyat Palestina. Warga bangsa yang kini menjadi korban agresi Israel.

Dana itu dapat disumbangkan langsung ke salah satu yayasan atau organisasi sosial yang membantu rakyat Palestina. Michael yang pernah tinggal di Swiss, Austria, dan Timur Tengah itu menyebut di antaranya adalah Badan Pekerja dan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Badan PBB yang berdiri sejak 1949.

Michael memang bukan siapa-siapa. Dia hanya musisi yang menghabiskan waktu 18 tahun di rumah studionya dengan membuat berbagai album lagu bagi artis lokal di Los Angeles.

Tapi, dia punya cara tersendiri untuk mengekspresikan kejengkelannya. Apa yang disebutnya sebagai upaya meringankan penderitaan rakyat Palestina.

Kendati namanya tidak setenar musisi dunia, seperti John Lenon dengan Imagine atau Freedie Mercury dengan There Must Be More Life Than This, beberapa artis ternama pernah bekerja sama dengannya.

Sebut saja di antaranya Will Smith, Toto, Natalie Cole, The Temptations, Brandy, Jesse McCartney, Jessica Simpson, dan Phil Collins. Kelihaiannya sebagai gitaris dan keahliannya sebagai insinyur rekaman audio membuatnya dikenal sejumlah artis papan atas.

Alumnus sebuah sekolah rekaman, Full Sail, ini juga terlibat dalam beberapa proyek rekaman dengan produser Rodney Jerkins, Philippe Saisse, dan David Foster. Selain menghabiskan waktunya di studio rekaman, Michael yang fasih berbahasa Prancis ini kerap mengadakan tur musik, terutama masa-masa di awal tahun 1990.

Di antara turnya yang kemudian menjadi album adalah kolaborasinya dengan grup band jazz lembut Jango. Saat ini, dia tampil live dalam Mark & Brian Radio Program yang disiarkan Los Angeles Rock Radio Station 95.5 KLOS.

Michael Heart merupakan salah satu di antara warga dunia yang menolak terjadinya kejahatan kemanusiaan di Gaza. Memang, tidak harus menggelar demonstrasi untuk memperlihatkan simpati.

Michael dengan kemampuan yang dimiliki, membuat lirik lagu yang menggambarkan situasi horor rakyat Palestina di Gaza. Sumbangannya, untuk mengecam agresi Israel.

Lain Michael, lain pula penyanyi beken Annie Lennox dan komedian Alexei Sayle. Mereka punya cara yang berbeda untuk menyerukan dihentikannya kejahatan kemanusiaan di Gaza.

Pada Jumat (2/1) lalu di London, Inggris, bersama dengan mantan model, Bianca Jagger, dan mantan wali kota London, Ken Livingstone, mereka menggelar jumpa pers.

Lennox meminta diakhirinya apa yang mereka sebut pembantaian dan pembunuhan sistematis di Gaza. Israel harus menghentikan agresi militer yang dianggap sebagai respons atas serangan roket-roket Hamas.

''Saya berpikir atas nama seorang ibu dan manusia biasa, bagaimana ini (perang) dapat menjadi solusi bagi perdamaian,'' katanya dengan nada emosional. ''Bagaimana mencari jawaban dari masalah ini?'' lanjutnya.

Menurut Lennox, harus ada waktu di mana mereka yang terlibat konflik duduk satu meja. ''Saya berada di sini untuk mengekspresikan kebebasan berpendapat. Hak saya sebagai bagian dari dunia yang bebas untuk mendorong warga bangsa menentang resolusi konflik yang tak akan pernah berhasil.''

Alexei Sayle yang keturunan Yahudi-Lithuania meminta agar publik figur Yahudi untuk menyuarakan bahwa penyerbuan ke Gaza bukan atas nama mereka. ''Ketika Anda menyerang seseorang, tapi mengira Anda sebagai orang baik, bagaimana itu bisa terjadi?''

Sayle kemudian menyatakan, sering kali juru bicara Israel berdalih orang-orang yang mereka bunuh karena bersalah. Namun, dia justru menyebut itu sebagai pembunuhan dan pemerkosaan secara psikologis. Bentuk lain dari pembunuhan itu sendiri.

''Dan, itulah memang yang dilakukan Israel saat ini.'' Dia menambahkan, ''Saya sejatinya ingin memiliki kebanggaan menjadi seorang Israel. Tapi, kini saya malu.''

Dalam kesempatan yang sama, Bianca Jagger menyerukan dukungannya untuk segera mengakhiri perang tersebut. Presiden terpilih AS, Barack Obama, semestinya dapat berperan lebih menghentikan agresi itu.

''Warga dunia berharap banyak atas terpilihnya dia (Obama). Kami menunggunya agar segera menghentikan perang,'' kata Jagger.

Keesokan harinya, 20 ribu warga London tumpah ruah dalam long march dari Embankment di London ke Trafalgar Square. Lennox, Bianca Jagger, Alexei Sayle, dan Ken Levingston tampak di antara kerumunan massa menentang bombardemen Israel atas Gaza.

Michael Heart, Annie Lennox, dan Bianca Jagger kini tinggal menggantungkan harapan. Sebelum kekerasan itu berakhir, apa pun itu, simpati dunia telah berpihak ke rakyat Gaza.

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More